Rabu, 26 Oktober 2011

Penguasaan Computerized Drawing dan Freehand Drawing

PENTINGNYA PENGUASAAN COMPUTER AIDED DESIGN (CAD) DAN FREEHAND DRAWING DALAM DUNIA KERJA DI BIDANG JASA KONSULTANSI 

Perkembangan teknologi komputer, khususnya dalam dunia arsitektur sangat pesat, baik dari segi perangkat keras, perangkat lunak ataupun jasa pelayanannya. Peranan komputer dalam usaha jasa konsultansi sampai akhir tahun 1990-an baru terbatas pada konsultan-konsultan besar tetapi kondisi saat ini penggunaannya hampir merupakan kebutuhan utama bahkan pada arsitek perseorangan. Salah satu teknologi computer yang diterapkan dibidang arsitektur adalah Computer Aided Design ( CAD ), penggunaannya dianggap sebagai alat bantu gambar yang mentransfer pekerjaan di atas meja gambar ke layar monitor.
Kemajuan komputer dan CAD pada khususnya harus diakui membawa kemudahan dalam menghasilkan produk gambar dengan teknis yang baik dan memberi banyak kemudahan serta keuntungan dalam dunia jasa konsultansi, tetapii hanya sebagian yang dapat dievaluasi dengan mudah, sebagian lainnya merupakan keuntungan yang tak terukur secara kuantitatif, seperti peningkatan kualitas pekerjaan, informasi akurat dan pengaturan yang lebih baik. Hal ini tentunya membawa perubahan pada kurikulum pengajaran pada dunia pendidikan , khususnya sekolah kejuruan dan keteknikan, yaitu dengan mencantumkan CAD sebagai mata kuliah wajib atau pilihan, sebagai tambahan muatan ataupun pengganti pelajaran menggambar arsitektur.
Dalam dunia jasa konsultansi, CAD telah membuktikan diri sebagai alat disain dan perencanaan produk yang baik, begitu selesai, gambar-gambar CAD dapat direvisi dengan mudah, diubah, diperbaiki, dicetak atau dibuat salinannya dalam waktu yang relative singkat. Keuntungan utama adalah dalam hal ketepatan, kemampuan disain, kualitas gambar serta dokumentasi yang tinggi, sementara kesuksesan dan kegagalan dalam memanfaatkannya, umumnya tidak disebabkan oleh teknologi CAD yang ada, tetapi lebih ditentukan oleh bagaimana menejemen dan pengelolaan pemanfaatan CAD tersebut dilakukan.
Pada perkembangannya saat ini didunia pendidikan dan dunia kerja/ jasa konsultansi terdapat beberapa pandangan yang keliru terhadap pemakaian CAD karena dianggap setelah membeli system CAD berarti membeli kecerdasan dan konsultan disain dan manfaat CAD akan dicapai secara optimal. Sedangkan terhadap produk yang dihasilkan dirasakan adanya kesenjangan kualitas disain dari pemakainya. Kenyataan menunjukkan apabila pemakai CAD mempunyai kemampuan freehand drawing atau dasar-dasar menggambar tangan yang baik akan menghasilkan produk yang lebih baik jika dibandingkan dengan pemakai yang kurang//tidak mempunyai kemampuan gambar tangan yang baik, hal ini mengartikan bahwa CAD disini hanya berfungsi sebagai alat untuk membantu mewujudkan rancangan. Disisi lain produk yang dihasilkan dalam setiap tahapan pekerjaan dalam jasa konsultansi tidak semuanya tepat untuk menggunakan CAD, sebaliknya juga tidak semuanya tepat menggunakan freehand drawing/manual,
Dengan demikian akan menarik untuk mengerti produk-produk dalam tiap tahapan pekerjaan jasa konsultasi yang mana paling tapat digunakan system CAD dan yang mana cocok menggunakan manual/freehand drawing .
Harapannya dengan membandingkan keduanya akan memberikan masukan pada dunia pendidikan yang nantinya akan menghasilkan tenaga-tenaga professional di bidang keteknikan, khusunya arsitektur dalam menata kembali kurikulum pendidikannya

PENGANTAR
Pentingnya penguasaan Computer Aided Drafting ( CAD ) dan freehand drawing terhadap kualitas produk perencanaan dan perancangan dalam dunia kerja konsultan perencana ini akan memperhatikan dua gatra. Gatra pertama, adalah penggunaan CAD dan freehand drawing serta terapannya dan kedua, adalah kualitas produk perencanaan dan perancangan konsultan
.
Freehand Drawing dan Terapannya
Gambar freehand atau menggambar tangan bebas untuk membuat skesta secara cepat dalam memvisulisasikan suatu obyek ataupun gambar – gambar teknik sering dilakukan oleh orang – orang yang terlibat pada suatu pekerjaan tertentu dan apabila diperhatikan produk gambar yang dihasilkan masing – masing tidak sama antar satu dengan yang lain.
Kemampuan gambar dan bakat seseorang amat berhubungan, artinya semakin baik bakat seseorang dalam menggambar akan semakin mudah mengembangkan teknis penguasaan gambar dalam memvisulaisaikan suatu obyek, tetapi bukan berarti yang kurang berbakat dalam menggambar tidak dapat mempelajarinya. Teknis menggambar dapat dipelajari walaupun hasil yang didapatkan tidak dapat optimal. Hal ini dat dilihat pada dunia pendidikan kejuruan kita. Freehand pada masa pendidikan, teknis menggambar tangan bebas selalu diberikan pada kurikulum sekolah – sekolah kejuruan dalam porsi yang cukup, hal ini menunjukan bahwa freehand atau menggambar tangan bebas amat penting sebagai bekal yang harus dikuasai para lulusanya. Untuk maksud terebut kerapkali dalam menerima anak didik dilakukan test kemampuan gambar.

Penguasaan Teknis Freehand Drawing
Freehand drawing atau gambar tangan berdasarkan tujuannya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu Sketsa, gambar presentasi, gambar teknik.
Untuk dapat membuat gambar dengan baik perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar dengan cara – cara menghasilkan gambar yang baik. Umumnya seseorang perancang harus memperlajari tata cara menggambar lebih cepat dari yang lain , tetapi memang mereka harus menguasai prinsip / tata cara menggambar dan mempraktekannya supaya memiliki keahlian tersebut. Prinsip / tata cara yang dimaksud adalah :

1. Komposisi
Kesatuan
o Diperlukan pengaturan antara obyek utama dan obyek penunjang
o Obyek Utama harus menempati bagian terbesar dari sketsa tersebut, sehingga tampak sebagai bagian terpenting dan memerlukan perhatian khusus
Tekanan
o Pemberian rendering yang cermat dan kontras yang baik dengan memperhatikan arah sinar merupakan cara tepat untuk menghadirkan tekanan.
Keseimbangan
o Pengaturan obyek utama gambar dan penunjangan dengan memberikan penekanan yang sesuai
2. Proporsi
o Bentuk obyek gambar menentukan format dan kedudukan kertas gambar
3. Sudut Pandang
o Setiap bagian dari obyek gambar tidak sama menariknya. Perspektif 3 dimensi lebih mudah dimengerti.
4. Kesan 3 dimensi
Kontras
Naung dan Bayangan
5. Elemen – elemen Penunjang
o Imaginasi suasana akan terlihat
o Faktor Pembanding atau skala

Dengan menguasai teknis penggambaran freehand diharapkan seseorang dapat memvisualisasikan suatu obyek gambar dengan benar dan tepat, sehingga pembaca gambar dapat mengerti dan memahami dengan tepat pula.
Keberhasilan teknis penggambaran di atas dapat dicapai dengan ataupun tanpa alat bantu , tetapi faktor manusia yang mengopersikan atau menciptakan gambar tesebut amat dominan disini.

Gambar freehand dapat dilakukan dengan teknik pencil dan tinta,
Kedua teknis penyelesaian ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing – masing. Teknik menggambar dengan pencil jarang digunakan sebagai gambar presentasi, tetapi akan membantu seorang perencana dalam membuat sketsa secara tepat, keuntungan yang lain adalah kemungkinan yang besar untuk memberikan perbedaan nada ( tone ) sehingga memperkuat kesan tiga dimensinya. Sedangkan teknik tinta sering digunakan dalam mempresentasikan gambar.

Computer Aided Design ( CAD ) dan terapannya
Disisi lain CAD difungsikan untuk menggantikan fungsi pencil, pena, kertas dan drafter, hal ini tentu saja didukung dengan peralatan computer. ( Krisnamoorthy, 1991 ). Aspek positif CAD dapat dipaparkan sbb :
  • Sistem CAD dapat membebaskan drafter atau arsitek perencana dari kesalahan yang sering terjadi pada proses penggambaran secara manual
  • CAD dapat diprogram pada awal penggunaannya dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, sehingga dapat membantu menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan menambah keakuratan dalam penggambaran.
  • Bagaimanapun CAD adalah suatu alat bantu dengan kemampuan dan kecepatan yang tinggi, perubahan dan perbaikan kesalahan akan dengan cepat dapat dilakukan. Hal ini tentunya memberikan nilai ekonomis pada perubahan dalam melakukan persiapan penyajian gambar.
Keuntungan potensial yang diperoleh dengan menggunakan system CAD ( Satrio Sumantri, 1989 ) adalah :
  1. Peningkatan produktifitas, tergantung pada rincian rancangan( makin rinci, maka produktifitas makin meningkat), Tingkat simetri gambar rancangan (makin banyak bagian simetri, makin tinggi produktifitas ), besar kecilnya data dan tingkat kerumitan gambar ( makin rumit, makin tinggi produktifitasnya )
  2. Waktu Produksi lebih singkat, system CAD yang interaktif akan mempercepat proses pembuatan gambar atau model.
  3. Analisis terhadap hasil rancangan, system CAD mempunyai kemampuan analisis, proses perancangan dan analisa dapat dilakukan dengan system yang sama.
  4. Rancangan yang lebih baik, Dalam perancangan dapat dilakukan perubahan sehingga terdapat alternative rancangan dengan cepat.
  5. Pengurangan kesalahan, system CAD yang interaktif dapat mengurangi kesalahan yang terjadi dalam proses perancangan, penggambaran dan Penyusunan dokumentasi. Dalam system CAD tak diperlukan lagi pengolahan informasi secara manual setelah gambar awal selesai dibuat.
  6. Peningkatan ketelitian. Dengan sistim CAD pengontrolan dimensi akan jauh lebih teliti. Sistem CAD akan memberikan rancangan kurva ruang (3 dimensi ) yang jauh lebih teliti daripada rancangan secara manual.
  7. Memudahkan dalam perencanaan. Dengan adanya kemampuan untuk melakukan pandangan dari berbagai sudut oleh sistim CAD maka akan memudahkan dalam memilih dan merencanakan perkakas.
  8. Pengendalian prosedur perubahan teknis, dengan sistim CAD maka pengendalian prosedur perubahan dapat dilakukan dengan baik. Gambar – gambar dan dokumen asli disimpan dalam basis data sistim CAD. Hal ini akan memudahkan dalam melakukan pengecekan jika terjadi perubahan atau modifikasi.
  9. Gambar lebih mudah dimengerti, dengan menggunakan sistim CAD maka benda kerja dapat digambarkan secara isomentri dan dapat diberi warna atau bayangan sedemikian rupa sehingga tampak komprehensif.
  10. Penyiapan dokumen, sistim CAD yang lengkap dapat memproduksi bill of materials dalam format tertentu. Hal ini akan mempersingkat proses penyiapan dokumen maupun spesifikasi teknis.
Pada masa lalu, waktu untuk memperbaiki gambar dalam suatu konsultan perencana adalah priorotas utama. Pada penggambaran dengan cara manual, Voisinet ( 1987 ), dalam hasil penelitiannya menyatakan dua per tiga waktunya dihabiskan untuk membolak – balik gambar perencanaan, sedangkan sepertiga waktunya untuk mengerjakan disain.
Pemakaian CAD merubah semuanya itu. Gambar dan perubahan disain dapat dilakukaan dengan lebih baik, yang nantinya akan berhubungan dengan kebutuhan secara keseluruhan.
Disamping aspek kecepatan, CAD juga menyediakan teknik dasar yang dapat dikembangkan oleh pengguna. Pembuatan garis dan huruf tidak harus terus menerus dilakukan. CAD menghindarkan dari pekerjaan yang menjemukan dan berulang. CAD memacu kretafitas untuk menuangkan ide dalam gambar.

Aspek Negatif Sistim CAD
Aspek negative disini yang dimaksudkan adalah kerugian waktu, yang terjadi apabila :
  • Terjaadi overload dalam penggunaan
  • Tidak terbiasa sehingga mengalami kesukaran dalam penggunaan sistim
  • Terdapat komponen computer yang rusak
  • Waktu yang terbuang untuk memperbaiki computer apabila terjadi kerusakan.
Disamping ini pengaruh penggunaan layar monitor kepada pemakai, karena sebagaimana telah dijelaskan, sistim layar monitor tersebut menggunakan standart televisi. Sehingga pengaruh radiasi ataupun emisi pada mata pemakai kemungkinan terjadi. Pada perkembangannya hal ini dapat dieliminir dengan menggunakan monitor yang telah dirancangan khusus. ( Khrisna Moorthy, 1991 ).

Efek Sosial Sistim CAD
Aspek sosial CAD dapat menghilangkan sifat ketidak pedulian. CAD dapat membuat perubahan dari papan gambar tradisional ke monitor tanpa harus mengalami berbagai kefrustasian, karena adanya perasaan ketakutan dan ketidak tahuan.
Perhatian mendalam akan datang sebagai akibat dari cara kerja dalam kehidupan pemakai, karena pada dasaranya sebagaian besar manusia akan menyaring setiap perubahan yang terjadi. Untuk membantu sistim CAD selalu actual, para pembuat telah mempersiapkan CAD agar dapat parallel dengan sistim – sistim baru. Sedangkan freehand drawing tidak mengalami perubahan.

Permasalahan dalam menggunakan CAD
Berikut ini akan dibahas tentang permasalahan yang telah dialami oleh beberapa pengguna CAD dalam membantu proses pelaksanaan pekerjaan masing – masing, sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan penilaian terhadap penggunaan CAD saat ini.
Purwanto ( 1993 ) menyatakan bahwa permasalahan yang terjadi dalam penerapannya dapat dikemukakan sebagai berikut :
  • Masa transisi, diperlukan masa transisi pada awal penggunaan sistim CAD sebagai pengganti freehand drawing. Banyak resiko yang harus ditanggung : kemampuan penggambaran menurun, keterlambatan dan cost yang sangat melonjak.
  • Hardware, harga tinggi dengan siklus perkembangan yang sangat pesat dan persaingan dalam dunia bisnis komputer sehingga menyebabkan computer yang telah terbeli cepat menjadi usang /out of date.
  • Software, dengan meningkatkan skill dan meningkatnya kebutuhan untuk melayani berbagai macam proyek, maka menyebabkan software yang ada akan terasa kurang fleksibel lagi dan perlu updating.
  • Training, pada tingkat tertentu akan menjadi jenuh dan mendekati titik asimtotis yang sudah sulit untuk meningkatakan produktifitas dengan software yang dimiliki sekarang, sehingga updating dan training akan memberikan penyegaran dan menambahkan kreatifitas pemakai.
  • Filing, banyak kendala yang dihapadi dari segi filling karena tidak terdapat satu vendorpun yang memikirkan bagaimana sulitnya menangani sitim filling ini.
  • Dokumentasi, harus dilakukan secara baik agar dapat dipergunakan oleh pemakai lainnya seperti, nama – nama file gambar ataupun dokumentasi mengenai simpanan symbol – symbol library dan software – software, aplikasi yang telah dibuat.
Freehand Drawing dan CAD dalam Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
Freehand drawing dan CAD dalam Dunia Kerja konsultansi, pelaksanaan pekerjaan diawali dengan pekerjaan membuat studi kelayakan, proposal disain, pra – rencana, gambar detail engineering/ DED, penyiapan dokumen lelang, pelaksanakan dan as built drawing.
Dari tabel diatas dapat ditunjukan bahwa peranan freehand drawing dan CAD sama-sama diperlukan disetiap tahapan pelaksanaan pekerjaan konsutlan perencana, tentunya dalam porsi yang berbeda pada masing – masing konsultan.

Pada tahapan studi kelayakan, penekanan pada kelayakan proyek yang akan direncanakan yang ditinjau dari aspek fisiologi, sosialogi, ekonomi dan regulasi.
Freehand drawing dan CAD sama diperlukan dalam menyampaikan gagasan/ ide, berupa sketsa dan gambar pendukung.

Pada tahapan proposal disain, penekanan pada pengembangan ide / gagasan dan konsep – konsep – konsep perancangan.
Gambar freehand diperlukan dalam menyampaikan usulan disain tersebut dan biasanya diperjelas dengan sketsa – sketsa pendukung. Penggunaan CAD lebih tepat untuk memberikan gambaran yang lebih visual dari obyek yang digagas.

Pada tahapan pra rencana, penekanan pada pengembangan disain yang berupa gambar denah, tampak, potongan dan perspektif.
Gambar freehand diperlukan dalam membuat sketsa – sketsa pengembangan gagasan hingga untuk menjelaskan gagasan baik kepada owner ataupun dafter/ operator di studio. Sedangkan CAD lebih dominan pada pembuatan produk akhir tahap ini berupa visualisasi dari ide/gagasan.
Pada penyusunan Gambar Detail atau Gambar Kerja, penekanan pada penggambaran teknis secara terukur dan gambar freehand diperlukan dalam memberikan penjelasan detail disain terutama pada kegiatan intern dalam konsultan perencana ataupun kepada owner, sedangkan CAD lebih dominant pada pembuatan produk akhir tahap ini.

Pada tahapan penyusunan dokumen lelang, yang berupa Dokumen Gambar kerja, Rencana dan Syarat – syarat ( RKS ) serta Rencana Anggaran Biaya ( RAB ). Gambar freehand tetap diperlukan untuk memberikan sketsa – sketsa penjelas pada penghitungan volume dan spesifikasi teknis dari pekerjaan yang akan dilakukan. Peran CAD pada tahap ini lebih dominant tarhadap proses penyusunan dan hasil akhirnya.

Tahapan pelaksanaan, pada tahapan ini fungsi konsultan perencana memberikan pengawasan berkala dan memberikan penjelasan Gambar Kerja serta teknis pelaksanaan dilapangan.
Gambar freehand dan CAD sama-sama diperlukan untuk menjelaskan gambar, yang berupa sketsa – sketsa detail.

Tahapan As Built Drawing, menekankan pada perubahan gambar – gambar perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan, berupa gambar / sketsa pendukung untuk menjelaskan perubahannya.Sementara CAD lebih dominan pada pematangan hasil akhir pembuatan gambar as built drawing.
Dalam penjelasan di atas menunjukan bahwa gambar freehand dan CAD sama-sama berperan pada setiap tahapan kegiatan, Freehand drawing amat berperan dalam membuat sketsa – sketsa cepat dari rancangan ataupun gambar pendukungnya sedangkan CAD lebih dominan dalam memvisualisasi produk akhirnya dari setiap tahap kegiatan dalam konsultan perencana. Untuk itu kiranya diperlukan pengusaan teknis penggambaran baik menggunakan freehand ataupun CAD dalam upaya memaksimalkan produk setiap tahapan pekerjaan suatu konsultan perencana.

Kesimpulan
o Penggunaan CAD dan freehand drawing dalam dunia kerja di bidang jasa konsultasi sama-sama tetap diperlukan pada setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan
o Freehand drawing dibutuhkan dalam menyampaikan dan menjelaskan ide gagasan secara cepat.
o CAD lebih handal dalam memvisualisasikan ide gagasan dan produk akhir tiap tahapan pekerjaan.
o Penguasaan CAD dan freehand drawing yang baik akan meningkatkan kualitas produk di setiap tahapan pekerjaan konsultansi.

Jumat, 22 Juli 2011

ARSITEKTUR MODERN

PENGERTIAN POSTMODERN DAN ARSITEKTUR POSTMODERN

Pengertian postmodern:
  • Arsitektur yang sudah melepaskan diri dari aturan-aturan modernisme. Tapi kedua-duanya masih eksis.
  • Anak dari Arsitektur Modern. Keduanya masih memiliki sifat/ karakter yang sama.
  • Koreksi terhadap kesalahan Arsitektur Modern. Jadi hal-hal yang benar dari Arsitektur Modern tetap dipakai.
  • Merupakan pengulangan periode 1890-1930.
  • Arsitektur yang menyatu-padukan Art dan Science, Craft dan Technology, Internasional dan Lokal. Mengakomodasikan kondisi-kondisi paradoksal dalam arsitektur.
  • Tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Arsitektur Modern.

Perubahan mendasar dalam sejarah dunia arsitektur adalah saat hadirnya arsitektur modern. Arsitektur sampai abad ke-19 dianggap sebagai seni bangunan. Reformasi pemikiran Arsitektur Modern ini mulai muncul pada abad ke-18, dimana yang dimaksud Arsitektur Modern bukan karya arsitektur, melainkan ide, gagasan, pikiran atau pengetahuan dasar tentang arsitektur. Pemikiran tersebut baru dapat direalisasikan pada pertengahan abad ke-19 dikarenakan pendidikan Arsitektur yang dibagi menjadi dua, sebagai kesenian dan sebagai ilmu teknik sipil, dan munculnya industri bahan bangunan.

Antara tahun 1890-1930 muncul berbagai macam pergerakan, antara lain : Art and Craft, Art Noveau, Ekspresionisme, Bauhaus, Amsterdam School, Rotterdam School, dll.  Periode tersebut merupakan puncak sekaligus titik awal dari arsitektur modern.

Pada tahun 1950-1960, terdapat 2 pihak yang berlawanan :
1.    Kelompok yang berpihak pada teknologi dan industrialisasi; tahun 1950 dikatakan sebagai titik puncak kejayaan Arsitektur Modern.
2.    Kelompok yang memuja estetik dan artistik; tahun 1950-an dilihat sebagai titik awal kemerosotan Arsitektur Modern.

Sekitar tahun 1960-an, pertentangan antara kedua pihak itu terjadi lagi dikarenakan adanya perbedaan pendapat tentang 'untuk siapa arsitektur itu diciptakan?'. Hal tersebut yang menjadi titik awal lahirnya Post Modernisme yang melawan Modernisme dengan pernyataan: Less Is Bore. Media massa juga ikut berperan dalam memicu timbulnya pluralism yang menjadi bahan dasar post modernisme.

Perbedaan karakter Modernisme dan Post Modernisme:
  1. Modernisme: singular, seragam, tunggal.
  2. Post Modernisme: plural, beraneka ragam, bhinneka.

Sebuah Gambaran tentang Post Modern         

Postmodern bisa dimengerti sebagai filsafat, pola berpikir, pokok berpikir, dasar berpikir, ide, gagasan, teori. Masing-masing menggelarkan pengertian tersendiri tentang dan mengenai Postmodern, dan karena itu tidaklah mengherankan bila ada yang mengatakan bahwa postmodern itu berarti `sehabis modern' (modern sudah usai); `setelah modern' (modern masih berlanjut tapi tidak lagi populer dan dominan); atau yang mengartikan sebagai `kelanjutan modern' (modern masih berlangsung terus, tetapi dengan melakukan penyesuaian/adaptasi dengan perkembangan dan pembaruan yang terjadi di masa kini).

Di dalam dunia arsitektur, Post Modern menunjuk pada suatu proses atau kegiatan dan dapat dianggap sebagai sebuah langgam, yakni langgam Postmodern. Dalam kenyataan hasil karya arsitekturnya, langgam ini muncul dalam tiga versi/sub-langgam yakni Purna Modern, Neo Modern, dan Dekonstruksi. Mengingat bahwa masing-masing pemakai dan pengikut dari sub-langgam/versi tersebut cenderung tidak peduli pada sub-langgam/versi yang lain, maka masing-masing menamakannya langgam purna-modern, langgam neo-modern dan langgam dekonstruksi.

1.       PURNA MODERN
a.      Purna Modern merupakan pengindonesiaan dari post-modern versi Charles Jencks (ingat, pengertian veris Jencks itu berbeda dari pengertian umum dari `Post Modern' yang digunakan dalam judul catatan kuliah ini)
b.      Ditandai dengan munculnya ornamen, dekorasi dan elemen-elemen kuno (dari Pra Modern) tetapi dengan melakukan transformasi atas yang kuno tadi.
c.      Menyertakan warna dan tekstur menjadi elemen arsitektur yang penting yang ikut diproses dengan bentuk dan ruang.
d.      Tokohnya antara lain: Robert Venturi, Michael Graves, Terry Farrell.

2.       NEO MODERN
a.      Dahulu diberi nama Late Modern oleh Charles Jencks, sehingga pengertiannya tetap tidak berubah.
b.      Tidak menampilkan ornamen dan dekorasi lama tetapi menojolkan Tektonika (The Art of Construction).  Arsitekturnya dimunculkan dengan memamerkan kecanggihan yang mutakhir terutama teknologi.
c.      Sepintas tidak terlihat jauh berbeda dengan Arsitektur Modern yakni menonjolkan tampilan geometri.d.       Menampilkan bentuk-bentuk tri-matra sebagai hasil dari teknik proyeksi dwi matra (misal, tampak sebagai proyeksi dari denah). Tetapi, juga menghadirkan bentukan yang trimatra yang murni (bukan sebagai proyeksi dari bentukan yang dwimatra).
d.      Tokohnya antara lain:  Richard Meier, Richard Rogers, Renzo Piano, Norman Foster.
e.      Tampilan dominan bentuk geometri.
f.            Tidak menonjolkan warna dan tekstur, mereka ini hanya ditampilkan sebagai aksen. Walaupun demikian, punya warna favorit yakni warna perak.

3.       DEKONSTRUKSI
a.      Geometri juga dominan dalam tampilan tapi yang digunakan adalah geometri 3D bukan dari hasil proyeksi 2D sehingga muncul kesan miring dan semrawut.
b.      Tokohnya antara lain: Peter Eisenman, Bernard Tschumi, Zaha Hadid, Frank O'Gehry.
c.      Menggunakan warna sebagai aksen dalam komposisi sedangkan tekstur kurang berperan.

Pokok-pokok pikiran yang dipakai arsitek Post Modern yang tampak dari ciri-ciri di atas berbeda dengan Modern. Di sini akan disebutkan tiga perbedaan penting dengan yang modern itu.

1.       Tidak memakai semboyan Form Follows Function
Arsitektur posmo mendefinisikan arsitektur sebagai sebuah bahasa dan oleh karena itu arsitektur tidak mewadahi melainkan mengkomunikasikan.
Apa yang dikomunikasikan?
Yang dikomunikasikan oleh ketiganya itu berbeda-beda, yaitu:

1)      PURNA MODERN: yang dikomunikasikan adalah identitas regional, identitas kultural, atau identitas historikal. Hal-hal yang ada di masa silam itu dikomunikasikan, sehingga orang bisa mengetahui bahwa arsitektur itu hadir sebagai bagian dari perjalanan sejarah kemanusian.
2)      NEO MODERN: mengkomunikasikan kemampuan teknologi dan bahan untuk berperan sebagai elemen artistik dan estetik yang dominan.
3)      DEKONSTRUKSI: yang dikomunikasikan adalah
a.       Unsur-unsur yang paling mendasar, essensial, substansial yang dimiliki oleh arsitektur.
b.      Kemampuan maksimal untuk berarsitektur dari elemen-elemen yang essensial maupun substansial.
Karena pokok-pokok pikiran itu dapat pula dikatakan bahwa:
a)         Arsitektur PURNA MODERN memiliki kepedulian yang besar kepada masa silam (The Past),
b)         Arsitektur NEO MODERN memiliki kepedulian yang besar kepada masa ini (The Present), sedangkan
c)         Arsitektur DEKONSTRUKSI tidak mengikatkan diri kedalam salah satu dimensi Waktu (Timelessness). Pandangan seperti ini mengakibatkan timbulnya pandangan terhadap Dekonstruksi yang berbunyi "Ini merupakan kesombongan dekonstruksi."

2.       Fungsi (bukan sebagai aktivitas atau apa yang dikerjakan oleh manusia terhadap arsitektur)
Yang dimaksud dengan `fungsi' di sini bukanlah `aktivitas', bukan pula `apa yang dikerjakan/dilakukan oleh manusia tehadap arsitektur' (keduanya diangkat sebagai pengertian tentang `fungsi' yang lazim digunakan dalam arsitektur modern). Dalam arsitektur posmo yang dimaksud fungsi adalah peran adan kemampuan arsitektur untuk mempengaruhi dan melayani manusia, yang disebut manusia bukan hanya pengertian manusia sebagai mahluk yang berpikir, bekerja melakukan kegiatan, tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, bekerja, memiliki perasaan dan emosi, makhluk yang punya mimpi dan ambisi, memiliki nostalgia dan memori. Manusia bukan manusia sebagai makhluk biologis tetapi manusia sebagai pribadi.

Fungsi = apa yang dilakukan arsitektur, bukan apa yang dilakukan manusia; dan dengan demikian, 'FUNGSI bukan AKTIVITAS'
Dalam posmo, perancangan dimulai dengan melakukan analisa fungsi arsitektur, yaitu :
a.      Arsitektur mempunyai fungsi memberi perlindungan kepada manusia (baik melindungi nyawa maupun harta, mulai nyamuk sampai bom),
b.      Arsitektur memberikan perasaan aman, nyaman, nikmat,
c.      Arsitektur mempunyai fungsi untuk menyediakan dirinya dipakai manusia untuk berbagai keperluan,
d.      Arsitektur berfungsi untuk menyadarkan manusia akan budayanya akan masa silamnya,
e.      Arsitektur memberi kesempatan pada manusia untuk bermimpi dan berkhayal,
f.            Arsitektur memberi gambaran dan kenyataan yang sejujur-jujurnya.

Berdasarkan pokok pikiran ini, maka :
·            Dalam PURNA MODERN yang ditonjolkan didalam fungsinya itu, adalah  fungsi-fungsi metaforik (=simbolik) dan historikal.
·            NEO MODERN menunjuk pada fungsi-fungsi mimpi, yang utopi (masa depan yang sedemikian indahnya sehingga tidak bisa terbayangkan).
·            DEKONSTRUKSI menunjuk pada kejujuran yang sejujur-jujurnya.

3.       Bentuk dan Ruang
Didalam posmo, bentuk dan ruang adalah komponen dasar yang tidak harus berhubungan satu menyebabkan yang lain (sebab akibat), keduanya menjadi 2 komponen yang mandiri, sendiri-2, merdeka, sehingga bisa dihubungkan atau tidak.
Yang jelas bentuk memang berbeda secara substansial, mendasar dari ruang.
Ciri pokok dari bentuk adalah 'ada dan nyata/terlihat/teraba', sedangkan ruang mempunyai ciri khas 'ada dan tak-terlihat/tak-nyata'. Kedua ciri ini kemudian menjadi tugas arsitek untuk mewujudkannya.

Berdasarkan pokok pikiran ini, maka dalam arsitektur:
a.         Purna Modern bentuk menempati posisi yang lebih dominan daripada ruang,
b.         Neo Modern sebaliknya bertolak belakang , menempatkan ruang sebagai unsur yang dominan, sedangkan dalam
c.         Dekonstruksi tidak ada yang dominan, tidak ada yang tidak dominan, bentuk dan ruang memiliki kekuatan yang sama.                 
Arsitektur Post Modern sudah ada di Indonesia sejak tahun 1970-an melalui karya dari Y.B Mangunwijaya. Tapi bila dilihat dari ciri visual Post Modern maka langgam ini belum cukup populer di Indonesia. Hanya beberapa buah saja yang berusaha menghadirkannya antara lain: Sonny Sutanto, Yori Antar, Sardjono Sani, dll. (Dari berbagai sumber)

MENGENAL ARSITEKTUR NEOMODERN

Gaya arsitektur Neo modern merupakan salah satu aliran arsitektur yang berkembang pada masa Post Modern, menurut Charles Jenks, Neo Modern masuk didalam Late Modern. Neo modern merupakan pelanjutan dari arsitektur modern, tetapi disini karya-karya arsitek neo modern lebih bersifat estettis, dan lebih berkembang penggunaan teknologi serta morfologi bentuknya jika dibandingkkan dengan arsitektur modern. Dimana pada arsitektur modern bangunan masih terkesan polos dan sepi ornamen, pada masa neo modern ini mulai ditambahkan, dengan pertimbangan tertentu, dan diolah sedemikian rupa.
Teknologi merupakan komponen terpenting disini, paham-paham modern mulai berusaha ditampakkan, tetapi lebih diolah lagi. Kesan dari bangunan Neo modern adalah bangunan dengan tingkat teknologi tinggi, tatapi masih rasional, dan fungsional.

MENGENAL ARSITEKTUR PURNA MODERN

Salah satu aliran Arsitektur Post Modern adalah arsitektur purna modern. Dalam arsitektur purna modern ini, ada suatu masa yang disebut modern classicism, sekitar tahun 1950-an, modernisme telah membeku menjadi sesuatu yang bersifat reduktif dalam estetika, terpecah belah, dan sangat sederhana, dalam hal pedekatan desain. Modernisme menuju kehancuran akibat kurangnya kontradiksi internalnya sendiri, namun demikian modernisme dapat juga dikatakan sukses dalam beberapa hal, dan dalam prosesnya mampu menghasilkan beberapa bangunan yang indah. Dengan demikian yang harus dipertanyakan dari modernisme adalah konsepnya.
Pada aliran modern classicism ini, aliran Renaissance memiliki pengaruh kuat di dalamnya, aliran moden classicism ini merupakan suatu aliran yang memadukan industrialisasi sebagai ciri utama arsitektur modern dengan arsitektur klasik, yang paling ditonjolkan adalah penggunaan inovasi teknologi pada struktur bangunan.
Dengan diterimanya kembali gagasan akan modern classicism, sekali lagi arsitektur mendapatkan kembali perannya sebagai tradisi yang berkembang. Saat ini ada 5 pendekatan terhadap classicsm antara lain:

1.       IRONIC CLASSICISM.
         Ciri dari aliran ini adalah:
a.     Sebagai pengganti determinisme dari modernisme yang teknologis dan fungsional tanpa mengandung arti.
b.     Elemen-elemen klasik dapat diikutkan dalam arsitektur ini tapi selalu dengan “tanda tanya”.
c.      Elemen-elemen yang berdasarkan sejarah berfungsi sebagai kepura-puraan walaupun berguna.
d.     Dalam usahanya untuk menghibur dapat menyebabkan eksegerasi yang akhirnya menghasilkan bentuk-bentuk yang aneh bahkan berkesan buruk.

2.       LATENT CLASSICISM.
Adapun ciri dari Latent Classicism adalah:
a.      Mengawinkan estetika hasil teknologi dari modernisme dengan prinsip-prinsip komposisional dari classicism.
b.     Walupun menggunakan hirarki komposisional yang ada di dalam classicism, namun latenta classicism tidak menggunakan kosakata formal yang bermuatan simbolis yang ada pada classicism.

3.        FUNDAMENTALIST CLASSICISM.
Adapun ciri dari fundamentalist Classicsm ini adalah:
a.      Berusaha mengurangi bangunan hingga ke bentuk geometris yang paling murni, dalam usahanya untuk mencari kebenaran pokok yang alami.
b.      Menolak penggunaan bahasa yang rumitdari high classicism tidak seperti laten classicism, fundamentalist classicism ini menolak sepenuhnya modernisme.
c.      Fundamentalist mencari classicism yang abadi, ia menolak perbedaan.

4.       CANONIC CLASSICISM.
Adapun ciri dari canonic classicism ini adalah sebagai berikut:
a.      Juga menolak gerakan modernisme secaraa tegas, tetapi canonic gemar akan bahasa tinggi dari classicism dan otoritas masa lampau.
b.      Bagi kaum Canonic classist, seni arsitektur, walaupun terikat pada evolusi budaya, tidak mempunyai kewajiban tertentu untuk berkembang dalam hubungan langsung dengan perubahan–perubahan sosial.

5.       MODERN TRADISIONALISM.
Modern tradisionalism dallah suatu aliran dimana bangunan tradisional dapat terlihat seperti bangunan tradisional, padahal sebenarnya bangunan ini merupakan bagian dari suatu desain, teknologi, memiliki identitas yang estetiik dan momen sejarah.

MENGENAL ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI

Arsitektur dekonstruksi merupakan pengembangan dari arsitektur modern. Munculnya arsitektur dekonstruksi sekitar tahun 1988 dalam sebuah diskusi Academy Forum di Tate Gallery, London. Kemudian disusul oleh pameran di Museum of Art, New York dengan tema “Deconstructivist Archiecture” yang diorganisir oleh Philip Johnson dan terdapat tujuh arsitek yang menampilkan karya-karyanya, yaitu; Peter Esienman, Bernard Tschumi, Daneil Libeskind, Frank Gerhy, Zaha Hadid, Rem Koolhaas, dan Coop Himmelblau.
Gejala “Dekon” dalam arsitektur telah menjadi tema perdebatan yang hangat dengan karya-karyanya yang mendobrak aturan-aturan yang berlaku.

Pada 8 April 1988 dalam “international Symposium on Deconstruction” yang diselenggarakan oleh Academy Group di Tate Gallery, dikukuhkan bahwa dekonstruksi bukanlah gerakan yang tunggal atau koheren, meski banyak diwarnai oleh kemiripan – kemiripan formal di antara karya arsitek yang satu dengan yang lainnya. Dekonstruksi tidak memiliki ideologi ataupun tujuan formal, kecuali semangat untuk membongkar kemapaman dan kebakuan.
Aliran dekonstruksi mulanya berkembang di kalangan arsitek Perancis dan Inggris, kemudian oleh Philip Johnson dan Mark Wigley melalui sebuah pameran yang bertema “deconstructivist Architecture” yang di selenggarakan di Museum of Art, New York, tanggal 23 Juni – 30 Agustus 1988 mencetuskan ‘dekonstruktivisme’ yang lebih berkonotasi pragmatis dan formal serta berkembang di Amerika.

Telaah dan pemahaman dekonstruksi memerlukan suatu kesiapan untuk belajar menerima beberapa kemungkinan phenomena. Syarat dari semua ini berdiri di atas keterbukaan dan kesabaran. Keterbukaan membiarkan phenomena berbicara langsung tanpa prekonseosi. Kesabaran memberikan ruang kepada orang untuk mendengar lebih cermat dan seksama.

Deconstruction sebuah konsep Perancis yang diturunkan oleh Jacques Derrida ( lahir 1921) tidak mudah disampaikan sebagaimana pemahaman orang tentang konstruksi, destruksi, dan rekonstruksi. Derrida mengajak semua orang termasuk arsitek untuk merenungkan kembali hakekat sesuatu karya agar berbicara menurut pesona dan kapasitasnya masing –masing. Keseluruhan ini berangkat dari suatu metoda komposisi. Derrida menyebutkannya dalam merajut rangkaian hubungan – hubungan. Dalam tekniknya terdapat beberapa teknik dan terminologi yang perlu klarifikasi di sini. Usaha demikian diharapkan dapat memperjelas hubungan Deconstruction dan Rancang bangunan.
Konsep utama memproduksi atau mengadakan karya bertolak dari konsep yang oleh Derrida pada kasus literatur disebut differance. Dalam rancang bangun konsep ini tidak dapat dipahami sebagai suatu pendekatan yang membuka pemikiran bahwa karya bukanlah semata – mata representasi yang direduksi sebagai alat menyampaikan gagasan atau pesan. Merancang karya diharapkan memberi peluang agar kemungkinannya berbicara bisa merdeka dari prinsip dominasi. Differance memahami setiap komponen bahkan elemen dari komposisi sebagai suatu potensi yang tidak terpisahkan keberadaan, peran dan fungsinya dalam kesemestaan. Artinya mereka tidak hanya sebagai suatu alat untuk menunjuk pada sesuatu gagasan atau ingatan atau nilai tertentu. Diferance memberikan pemahaman baru bagaimana melihat elemen rancangan rancang bangun dalam sebagai batas – batas wilayah yang mengkaitkan : manusia-material-konstruksi-rupa/bentuk dan tempat. Rancang bangunan sebagai suatu keutuhan dan aspek – aspeknya adalah jejak – jejak dari suatu kesemestaan yang mampu berbicara sendiri sebagai pembangun pemahaman dunia. Seperti halnya suatu ‘text’ rancang bangunan marupakan suatu komposisi yang berosilasi di antara hadir dan absen. Dengan osilasi tersebut terjalin suatu yang terputus – putus sebagaimana pemahaman kita sebenarnya akan dunia ini.

Diskontinuitas dan putusnya linearitas menghadirkan permainan dalam setiap komposisi karena apa yang digagas dan dibangun tidaklah berdiri sendiri. Gagasan yang dituangkan dalam komponen komposisi yang sebenarnya dikutip dari rujukan di tempat lain. Bentuk/rupa material-konstruksi-lokasi. Jadi tidak pernah komponen komposisi berdiri sendiri yang lahir dan tercipta dari ruang hampa. Differance mengangkat permasalahan komposisi yang terdiri atas “ citatioans” atau kutipan – kutipan ke dalam suatu komposisi. Dengan komposisi sebenarnya orang melihat dan merasakan suatu representsi pentunjuk yang hadir dengan rujukan yang tidak hadir ( entah di mana ). Komposisi ini memberikan suatu gambaran fragmen – fragmen dari sumbernya yang “mengada” di suatu lokasi dan tampil seolah – olah utuh dan stabil sebagai sosok mandiri. Rujukan gagasan bentuk/rupa misalnya, tidak pernah lepas dari keinginan untuk melayani “kebutuhan” manusia. Atas dasar merujuk pada sumber – sumber tidak hadir itulah sebuah komposisi “meng-ada”. Dengan itu pula apa yang hadir sebenarnya memberikan “jejak” kepada sumber – sembernya. Interprestasi komposisi menurut prinsip differance tidak mungkin dilakukan tanpa membaca atau menelusuru jejak – jejak yang hadir ke sumber – sumber mereka. Hasil dari komposisi yang lahir dengan hadirnya jejak – jejak tersebut oleh Derrida disebut Dissemination.

Deconstruction sebagai upaya atau metoda kritis, tidak hanya berupaya membongkar bangun – bangun teori atau karya lewat elemen, struktur, infrastruktur maupun contextnya. Lebih dari itu, kekuatan – kekuatan yang berperan pada konsep yang bersangkutan akan: dilucuti atribut – atributnya, dikupas habis hingga telanjang bulat, dilacak asal usul dan perkembangannya, dicari kaitan – kaitannya dengan konsep – konsep lain, digelar kemungkinan – kemungkinan posisi maupun kontribusinya terhadap apa saja. Semua proses pembongkaran tersebut dimaksudkan untuk membangun kembali karakteristik phenomenalnya. Dalam pembangunan kembali tersebut, ekspose dari ‘interplay’ kekuatan – kekuatan melalui : kontradiksi – kontradiksi, kesenjangan – kesenjangan, decomposition, disjunction, discontinuity, dan deformation, merupakan cara untuk memperlihatkan kemungkinan – kemungkinan “ada” dan “mengada”. Daya tarik deconstruction bagi dunia rancang bangun terletak di dalam cara melihatnya bahwa ruang dan bentuk adalah tempat kejadian yang selayaknya terbuka bagi yang mungkin dan yang tidak mungkin.
Derrida secara jelas menolak gagasan bahwa penerapan deconstruction akan menjadi semacam “aliran” atau “langgam” baru pada seni bangunan. Tetapi pada kenyataannya adalah tidak bisa dipungkiri bahwa apa yang disebut arsitektur dekonstruksi akan memberikan dan membawa arsitek kepada arah dan gerakan yang baru.(Dari berbagai sumber)

ARSITEKTUR POSMODERN SEBAGAI KOREKSI ARSITEKTUR MODERN

Arsitektur merupakan karya seni yang perkembangannya sejalan dengan perkembangan manusia itu sendiri. Sebut saja sejak zaman Yunani-Romawi sampai zaman sekarang ini, dapat kita lihat perubahannya. Sebuah kasus dapat kita kritisi pada saat munculnya arsitektur modern. Banyak faktor yang memicu kehadiran arsitektur modern pada saat itu. Antara lain; Pasca perang dunia II yang telah mengakibatkan kehancuran bangunan kota, yang harus dibangun kembali dalam tempo yang relative singkat dan efisien; Adanya revolusi industri yang menciptakan industri bahan bangunan serta didukung juga dengan penemuan-penemuan material bangunan seperti bahan beton, baja, kaca dan juga lift.

Pada masa pasca perang dunia II ini, bangunan yang lebih berorientasi fungsional berdiri bagaikan jamur dimusim hujan. Ornament yang banyak ditemui pada arsitektur bangunan klasik tidak lagi dipakai. Untuk itu ada anggapan bahwa arsitektur modern tidak akan eksis untuk jangka waktu lama mengingat terdapat kelemahan-kelemahan pada arsitektur modern, seperti; dianggap kaku dan tidak manusiawi; hilangnya proses desain atau proses seni karena tuntutan produksi sehingga mengesampingkan proses kreativitas; tidak mempunyai nilai tradisional daerah; dan dianggap identik dengan kapitalisme.

Arsitektur modern dibagi dalam 3 masa yaitu:
1)     Modern mula (1890 – 1910)
2)     Modern puncak ( 1920 – 1950)
3)     Modern akhir (1950 – 1960)
Pada masa moderen akhir yaitu pada pertengahan 1960 teori tentang arsitektur baru yang akan menggantikan arsitektur moderen sebenarnya sudah ada. Teori tersebut antara lain dari Robert Venturi dengan bukunya “Complexcity and Contradiction in Architecture” dan dari Aldo Rossi dengan bukunya “ the Architecture of the City”. Oleh karena arsitektur moderen sudah selesai, muncullah arsitektur baru yang dinamakan arsitektur post-moderen. Munculnya arsitektur post-moderen diharapkan dapat menjawab kritikan-kritikan terhadap arsitektur moderen. Dalam karya arsitektur post-moderen antara seni dan ilmu menjadi satu lagi. Arsitektur post-moderen adalah proses komunikasi atau bahasa ,mempunyai makna yang dapat “ menyentuh” kembali sisi manusiawi sebab manusia bukan mesin.
Perbandingan Ciri-ciri antara Arsitektur Modern dan Post-Modern
Ideologi
Modern
Post-modern
  • Satu gaya internasional
  • Berupa khayalan ,idealis
  • Fungsional
  • Arsitek sebagai nabi
  • Elitis untuk setiap manusia
  • Zeitgeit
  • Bersifat menyeluruh, luas
  • Gaya dengan dua makna
  • Bentuk semiotic
  • Tradisi dan pilihan
  • Arsitek sebagai wakil dan aktifis
  • Elitis dan partisipatif
  • Ornamen, klien
  • Sifat berbeda-beda

.

Stylistic
Modern
Post-modern
  • Bersifat lurus ke depan
  • Sederhana
  • Bentuk abstrak
  • Mempertahankan kemurnian
  • Estetika mesin, logika, sirkulasi, teknologi, mekanikal
  • Anti ornamen
  • Anti historis
  • Anti humor
  • Anti simbol
  • Ekspresi campuran
  • Kerumitan
  • Ruang yang berubah-ubah dan dengan kejutan
  • Konvensional dan bentuk abstrak
  • Artikulasi semiotic
  • Bermacam-macam estetika yang berubah berdasarkan keadaan, pengungkapan isi  Pro organik, pemakaian ornamen
  • Pro metaphor
  • Pro simbol
  • Pro referensi historis

.

Ide desain
Modern
Post-modern
  • Kota di taman
  • Pemisahan fungsi
  • “Kulit dan tulang”
  • Volume bukan massa
  • Papan, ujung balok
  • Transparan
  • Keadaan kota dan perbaikan
  • Pencampuran fungsi
  • Arti yang langsung dimengerti
  • Ruang tidak simetris dan perluasan
  • Street building
  • Kedwiartian
  • Cenderung asimetri /simetri
Berdasarkan perbandingan ciri-ciri tersebut dapat terlihat kelemahan-kelemahan arsitektur modern yang nantinya dilengkapi oleh keberadaan arsitektur post-modern.
Charles A.Jencks seorang tokoh arsitektur post-modern berpendapat bahwa arsitektur identik dengan bahasa. Bahasa terdiri dari kata-kata seperti halnya arsitektur terdiri dari unsur-unsur atap, dinding, kolom, dan lain-lain. Oleh karenanya, arsitektur harus komunikatif. Unsur-unsur komunikatif pada bangunan yaitu:
1)     Sintak;
Sintak berarti cara /teknik penyusunan kata-kata hingga bermakna. Begitu pula arsitektur, penyusunan komponen-komponennya dengan tepat akan   menghasilkan karya yang memiliki makna.
2)     Sematik;
Sematik yaitu menentukan gambaran keseluruhan yang tercipta dalam ingatan seseorang saat mendengar rangkaian serangkaian kata atau kalimat yang diucapkan orang lain. Jencks berpendapat sejak dulu masyarakat sudah mempunyai prototype bangunan yang berkaitan dengan penggunaannya.
3)     Metafora;
Methapor ialah suatu kiasan  yang dihasilkan setelah kata-kata dirangkaikan. Dalam arsitektur dapat dijumpai bentuk-bentuk alam yang fungsional diambil sabagai tanda atau simbol tertentu.
Arsitektur sebagai bahasa dengan tujuan kemanusiaan terpenuhi dalam arsitek post-moderen. Arsitektur post-moderen harus hadir  karena arsitektur post-moderen adalah wujud penjelajahan desain yang dibekali kepekaan tinggi terhadap situasi, kondisi masyarakat dan lingkungan.